TENGGARONG

rufarufa 2016.

MUARA BADAK

Fall in Love with the journey (2016).

BONTANG

Pulau Beras Basah (2014).

MPI 2 2014

Anak-anak Seperjuangan.

Wednesday, 7 December 2016

ICT (slide)

Tuesday, 6 December 2016

ICT

ICT sangat diperlukan dalam pembelajaran di era sekarang ini. Dengan prinsip penggunaan ICT yang efektif dan efisien, optimal, menarik, dan merangsang daya kreativitas. ICT menjadi salah satu media pembelajaran yang banyak digunakan di berbagai bidang pendidikan karena meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran.

Saturday, 5 November 2016

Kegunaan ICT dalam Dunia Pendidikan

Kegunaan ICT dalam Dunia Pendidikan

Peranan ICT dalam dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang luar biasa besar. Sistem pengajaran berbasis multimedia (teknologi yang melibatkan teks, gambar, suara, dan video) mampu membuat penyajian suatu topik bahasan menjadi menarik, tidak monoton dan mudah untuk dicerna. Seorang pelajar atau mahasiswa dapat mempelajari materi tertentu secara mandiri dengan menggunakan komputer yang dilengkapi program yang berbasis multimedia. Selain itu dengan munculnya internet yang mempermudah dalam mencari, membuat, dan membantu menyelesaikan segala urusan yang berkaitan dengan tugas dengan sangat mudah dan cepat.
Peran yang sangat penting dan strategis ini sebagai pusat belajar, pusat budaya, dan pusat peradaban menuntut lembaga-lembaga pendidikan untuk dapat mengembangkan aktivitas pembelajaran yang jelas dan daya jangkau yang luas. Menurut penelusuran UNESCO, ada lima manfaat yang dapat diraih melalui penerapan ICT dalam sistem pendidikan, yaitu:
1.      Mempermudah dan memperluas akses terhadap pendidikan.
2.      Meningkatkan kesetaraan pendidikan (equity in education).
3.      Meningkatkan mutu pembelajaran (the delivery of quality learning and teaching).
4.      Meningkatkan profesionalisme guru (teacher’s professional development).
5.      Meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen, tata kelola, dan administrasi pendidikan.

Dalam hal peranan dan manfaat ICT memang sungguh luas dalam dunia pendidikan seiring berkembangnya zaman.
ICT semakin digunakan di dunia pembelajaran, hal itu bisa terjadi karena ICT dirasa membawa keuntungan baik bagi pengajar maupun pelajar. Keuntungan atau dampak positif dari pembelajaran yang menggunakan ICT tersebut antara lain adalah:
1.     Pelajar jadi lebih mudah dalam belajar, karena kebanyakan pelajar lebih suka praktek dibandingkan teori.
2.      Pengajar jadi lebih mudah mengajar dan menyampaikan materi dengan membuat presentasi-presentasi.
3.      Bagi pelajar maupun pengajar, pemberian dan penerimaan materi atau tugas tidak harus bertatap muka, jadi jika pengajar berhalangan hadir tetap dapat memberi tugas atau materi melalui e-mail dan media sosial lainnya.
4.      Dalam membuat laporan baik bagi pelajar, maupun pengajar jadi lebih mudah karena jika memakai komputer, akan mudah dikoreksi jika ada kesalahan.
5.      Dalam belajar, baik pelajar maupun pengajar akan lebih mudah mencari sumber karena adanya internet.
6.      Pembelajaran yang menggunakan ICT bisa dibuat menjadi lebih menarik, misalnya dengan memunculkan gambar atau suara, sehingga pelajar menjadi lebih antusias untuk belajar.


Perencanaan Peserta Didik Berbasis Sekolah

MAKALAH
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
“Perencanaan Peserta Didik Berbasis Sekolah”
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Peserta Didik”
Dosen pengampu: H. Abdurrahman AR., M.Pd.






Disusun Oleh:

MPI 2
                                 RINI DWI YANTI                   (14.1102.0059)
                                 NURUL AULIA                       (14.1102.0064)
                                 RADNASARI                           (14.1102.0067)                      
                                 ESIDIAS PITRIANI                (14.1102.0072)
                                                                                    

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN SULAIMAN
SAMARINDA
2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Makalah yang berjudul “Perencanaan Peserta Didik Berbasis Sekolah” ini kami susun untuk memenuhi kompetensi mata kuliah Manajemen Peserta Didik. Dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha sekuat tenaga. Namun tentu saja, makalah ini tidaklah luput dari kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar makalah ini menjadi lebih baik.
Dalam pembuatan makalah ini kami mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1.         Bapak H. Abdurrahman AR., M.Pd., selaku dosen mata kuliah Manajemen Peserta Didik,
2.         Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, baik secara moril maupun materil kepada kami, dan
3.         Rekan-rekan seperjuangan, yang telah memberikan energi positifnya kepada kami.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
  

Samarinda, September 2016


Penyusun




DAFTAR  ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I      PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A.    Latar belakang.................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................ 1
C.     Tujuan............................................................................................... 1
D.    Manfaat............................................................................................ 1
BAB II    PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A.    Pengertian Perencanaan Peserta Didik Berbasis Sekolah................. 3
B.     Langkah-Langkah Perencanaan Peserta Didik Berbasis Sekolah                   3
C.     Hal-Hal yang Diperhatikan Dalam Perencanaan Peserta Didik Berbasis Sekolah                  9
BAB III   PENUTUP............................................................................................. 17
A.    Kesimpulan..................................................................................... 17
B.     Saran............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam manajemen peserta didik berbasis sekolah (MPDBS) adalah mengadakan perencanaan. Oleh karena itu, manajemen peserta didik merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan manajemen sekolah secara keseluruhan maka perencanaan peserta didik juga merupakan bagian dari perencanaan sekolah secara keseluruhan. Tanggung jawab perencanaan peserta didik, sebagaimana manajemen peserta didik, secara formal berada di tangan kepala sekolah, sedangkan secara material tanggung jawab berada di tangan wali kepala sekolah urusan kesiswaan atau peserta didik. Meskipun demikian, bukan berarti wakil kepala sekolah merencanakan sendiri urusan kesiswaan atau peserta didik. Wakil kepala sekolah dapat meminta bantuan kepada tenaga kependidikan yang lain di sekolah tersebut.
Dengan adanya perencanaan peserta didik, banyak hal-hal yang akan dihadapi dalam manajemen peserta didik telah diestimasi sebelumnya. Dengan demikian, masalah-masalah yang muncul akan dapat ditangani sesegera mungkin. Oleh karena itu, pemakalah akan membahas mengenai perencanaan peserta didik berbasis sekolah.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan perencanaan peserta didik berbasis sekolah?
2.      Bagaimana langkah-langkah perencanaan peserta didik berbasis sekolah?
3.      Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan peserta didik berbasis sekolah?

C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian perencanaan peserta didik berbasis sekolah.
2.      Untuk mengetahui dan memahami langkah-langkah perencanaan peserta didik berbasis sekolah.
3.      Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan peserta didik berbasis sekolah.

D.      Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak baik mahasiswa, pembaca, dunia pendidikan, maupun penulis pribadi.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Perencanaan Peserta Didik Berbasis Sekolah
Perencanaan merupakan terjemahan dari kata planning. Yang dimaksud dengan perencanaan adalah memikirkan di muka tentang apa-apa yang harus dilakukan. Maka disini perlu diberi garis bawah, oleh karena ia berkenaan dengan kurun waktu dan bukan kurun tempat. Perencanaan sendiri adalah aktivitasnya, sedangkan hasil dari perencanaan tersebut adalah rencana yang berwujud rumusan tertulis. Dengan kata lain, jika rencana yang terumus secara tertulis tersebut belum ada, maka aktivitas perencanaan tersebut belum selesai atau belum berhasil.
Perencanaan peserta didik adalah suatu aktivitas memikirkan di muka tentang hal-hal yang harus dilakukan berkenaan dengan peserta didik di sekolah, baik sejak peserta didik akan memasuki sekolah maupun mereka akan lulus dari sekolah. Yang direncanakan adalah hal-hal yang harus dikerjakan berkenaan dengan penerima peserta didik sampai dengan pelulusan peserta didik.[1]

B.       Langkah-Langkah Perencanaan Peserta Didik Berbasis Sekolah
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan peserta didik. Langkah-langkah tersebut meliputi perkiraan (forcasting), perumusan tujuan (objective), kebijakan (policy), pemrograman (programming), menyusun langkah-langkah (procedure), penjadwalan (schedule), dan pembiayaan (bugetting). Secara lebih rinci, langkah-langkah perencanaan peserta didik dikedepankan sebagai berikut.
1.       Perkiraan
Perkiraan (forcasting) adalah menyusun suatu perkiraan kasar dengan mengantisipasi ke depan. Ada tiga dimensi waktu yang disertakan dalam hal ini, yakni dimensi kelampauan, dimensi terkini, dan dimensi keakanan.
a.       Dimensi Kelampauan
Berkenaan dengan pengalaman-pengalaman masa lampau kesuksesan penanganan peserta didik. Kesuksesan-kesuksesan penanganan peserta didik pada masa lampau harus selalu diingatkan dan diulang kembali, sementara kegagalan penanganan peserta didik pada masa lampau hendaknya selalu diingat dan dijadikan pelajaran.
Dengan menyebutkan kesuksesan dan kegagalan masa lampau ini, perencanaan akan mempunyai landasan berpijak dalam pemikiran penanganan peserta didiknya. Hal-hal yang pernah dilakukan, baik yang mendapatkan respons positif atau negatif dari peserta didik, dapat dijadikan pegangan dan pijakan dalam memikirkan peserta didik. Dengan berpijak pada pengalaman masa lampau inilah, perencanaan akan dapat memperkirakan, jenis aktivitas apakah yang dapat mensejahterakan peserta didik.
b.      Dimensi Kekinian
Berkaitan erat dengan faktor kondisional dan situasional peserta didik di masa sekarang ini. Keadaan peserta didik yang senyatanya sekarang ini haruslah diketahui oleh perencanaan peserta didik. Semua keterangan, informasi dan data mengenai peserta didik haruslah dikumpulkan, agar dapat ditetapkan kegiatannya, dan konsekuensi dari kegiatan tersebut menyangkut pada biayanya, tenaganya, dan sarana prasarananya.
Data-data yang dilihat dari sensus sekolah, ukuran sekolah dan kelas, kebijakan berkenaan dengan peserta didik, sistem penerimaan peserta didik, organisasi-organisasi yang boleh diikuti dan didirikan oleh peserta didik, semuanya haruslah diketahui oleh perencana. Dengan demikian, perencana akan dapat memperkirakan, kira-kira kegiatan apa saja yang dapat direncanakan. Keterangan-keterangan penting yang berkenaan dengan faktor kondisional dan situasional peserta didik di masa kini haruslah dikuasai dan bahkan disebutkan dalam perkiraan, agar diketahui oleh mereka yang konsen terhadap layanan peserta didik.
c.       Dimensi Keakanan
Berkenaan dengan antisipasi ke depan peserta didik. Hal-hal yang dapat diidealkan dari peserta didik di masa depan, haruslah dapat dijangkau seberapapun jangkauannya. Pemikiran mengenai peserta didik dalam perkiraan ini, tidak saja untuk hal-hal yang sekarang saja, melainkan yang juga tak kalah pentingnya adalah kaitannya dengan peserta didik di masa depan. Jangkauan ke depan ini juga mengandung arti bahwa semua layanan yang dipikirkan haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik di masa depan.

2.       Perumusan Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang hanya sekedar dapat dituju dan oleh karena itu ia tidak dapat dicapai. Supaya dapat dicapai, umumnya tujuan tersebut dijabarkan ke dalam bentuk target-target. Oleh karena itu, tujuan lazimnya bersifat umum dan abstrak, tidak jelas apakah kriteria tercapai atau tidak, sedangkan target dirumuskan secara jelas, dapat diukur pencapaiannya. Lazimnya perumusan target ini diawali dengan huruf ter. Misalnya saja, terlaksananya, terbacanya, tertulisnya, terealisasinya, dan sebagainya.
Tujuan ini dapat dirumuskan secara berbeda-beda sesuai dengan sudut kepentingannya. Ada rumusan tujuan jangka panjang, kemudian dijabarkan ke dalam tujuan jangka menengah dan tujuan jangka pendek. Ada tujuan yang digolongkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Ada juga rumusan tujuan final atau akhir yang dijabarkan ke dalam tujuan sementara.
Di antara penjabaran dan penggolongan yang dipakai, tentu berdasarkan faktor kondisional dan situasional peserta didik di sekolah tersebut. Demikian juga periodisasi pencapaiannya, dapat berupa tahunan, semesteran, periodisasi waktu yang pendek, haruslah dalam kerangka pencapaian tujuan dalam periodisasi waktu yang lebih panjang.

3.       Kebijakan
Kebijakan adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang dapat dipergunakan untuk mencapai target atau tujuan. Bisa jadi, satu tujuan membutuhkan banyak kegiatan; sebaliknya, bisa juga beberapa tujuan atau target membutuhkan satu kegiatan.
Kegiatan-kegiatan demikian harus diidentifikasi karena tidak ada tujuan atau target yang dapat dicapai tanpa kegiatan. Identifikasi kegiatan perlu dilakukan secermat mungkin agar dapat dipergunakan untuk mencapai targetnya. Para policy ini, kegiataan yang dapat dipergunakan untuk mencapai target perlu diidentifikasi sebanyak mungkin karena semangkin banyak, akan semakin representatif dalam rangka mencapai target.

4.       Pemprograman (Penyusunan Program)
Penyusunan program adalah suatu aktifitaas yang bermaksud memilih kegitan-kegiatan yang sudah diidentifikasi sesuai dengan langkah kebijakan. Pemilihan demikian harus dilakukan karena tidak semua kegiatan yang diidentifikasi tersebut nantinya dapat dilaksanakan. Dengan kata lain, penyusunan program berarti seleksi atas kegiatan-kegiatan yang sudah diidentifikasi dalam kebijakan.
Ada beberapa pertimbangan dalam seleksi kegiatan ini. Pertama, berkaitan dengan pertanyaan: apakah kegiatan-kegiatan yang dipilih tersebut, memang paling besar kontribusinya terhadap pencapaian target? Kedua, berkaitan dengan pertanyaan: mungkinkah kegiatan tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan segi tenaga, biaya dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah? Atau dengan kata lain seberapa besar dampak positif kegiatan tersebut bagi perserta didik? Ketiga, berkaitan dengan pertanyaan: mungkinkah kegiatan tersebut dapat dilaksanakan mengingat waktu yang tersedia? Keempat, berkaitan dengan pertanyaan: apakah tidak ada faktor-faktor penghambat untuk mencapainya? Kalau ada apakah mungkin hal tersebut dapat diatasi berdasarkan estimasi-estimasi dan pertimbangan-pertimbangan yang telah dibuat.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut perlu dilakukan agar apa yang direncanakan memang benar-benar mencapai targetnya. Dengan demikian, kegiatan yang diprogramkan tersebut benar-benar realistik dan mungkin dapat dilaksanakan. Kegiatan yang diprogramkan tersebut juga berbobot, karena memiliki kontribusi yang jelas bagi pencapaian target atau tujuan. Program kegiatan yang realistik dan berbobot sangatlah berperan bagi penggalakan sumber daya yang tersedia.

5.       Langkah-Langkah
Langka-langkah (procedur) adalah merumuskan langkah-langkah. Ada tiga aktifitas dalam hal ini, yakni aktifitas pembuatan skala prioritas, aktifitas pengurutan dan aktifitas menyusun langkah-langkah kegiatan.
a.       Pembuatan skala prioritas adalah menetapkan rumusan. Faktor-faktor yang harus dijadikan penentu dalam membuat skala prioritas ini adalah sebagai berikut:
1)      Seberapa jauh kegiatan tersebut memberikan kontribusi bagi pencapaian targetnya?
2)      Seberapa jauh kegiatan tersebut mendesak untuk dilaksanakan dilihat dari segi kebutuhan?
3)      Apakah kegiatan tersebut mengikuti periode waktu tertentu, misalnya saja periode bulan dan tanggal?
4)      Apakah dukungan tenaga, biaya, prasarana dan sarananya bagi kegiatan tersebut cocok dengan waktunya?
b.      Pengurutan kegiatan dilakukan dengan mengulang sesuatu yang diprioritaskan. Pengulangan demikian, bukan dimaksudkan untuk pemborosan, melainkan memberi ketegasan kembali mengenai urutan pelaksanaan kegiatan. Penegasan demikian perlu dilakukan, agar jelas mana kegiatan yang menjadi skala prioritas dan yang tidak menjadi skala prioritas serta agar prioritas sekolah tidak mudah dilupakan oleh personalia sekolah.
c.       Pembuatan langkah-langkah ini perlu dilakukan, agar personalia sekolah dan atau tenaga kependidikan di sekolah tersebut, mengetahui apa yang harus dilakukan terlebih dahulu, dan apa yang baru boleh dilakukan kemudian. Langkah-langkah demikian juga sekaligus membimbing mereka yang masih pemula, agar mereka tertuntun untuk melaksanakan kegiatan berdasarkan yang direncanakan.

6.       Penjadwalan
Schedule adalah penjadwalan. Kegiatan kegiatan yang telah ditetapkan urutan prioritasnya, dan langkah-langkahnya agar jelas pelaksananya, dan di mana dilaksanakan. Dengan adanya jadwal ini semua personalia yang bertugas dan memberikan bantuan di bidang manajemen peserta didik akan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya serta kapan harus melaksanakan kegiatan tersebut.
Yang tercantum dalam jadwal adalah jenis-jenis kegiatannya secara urut, kapan dilaksanakan, siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakan, bahkan kalau perlu di mana kegiatan tersebut harus dilaksanakan. Dengan jadwal demikian, diharapkan kegiatan yang direncanakan akan dapat dilaksanakan. Adanya jadwal demikian, juga memberikan kemungkinan bagi yang konsen untuk memberikan bantuan, baik bantuan yang sifatnya pemikiran maupun ketenagaan, prasarana dan biaya.
Adapun contoh format jadwal kegiatan kesiswaan di sekolah dikemukakan pada table berikut.
Nomor
Kegiatan Kesiswaan
Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan
Keterangan






7.       Pembiayaan
Ada dua hal yang harus dilakukan dalam pembiayaan, yaitu:
a.       Pertama, mengalokasi biaya. Alokasi di sini adalah perincian mengenai biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan-kegiatan yang sudah dijadwalkan. Pengalokasian di sini hendaknya dibuat serinci dan serealistik mungkin. Semakin rinci dan realistik rincian biaya yang dibuat akan semakin baik, sebab siapa pun yang membacanya akan memandang bahwa untuk membiayai kegiatan yang sudah dirinci pada langkah-langkah sebelumnya, memang membutuhkan anggaran sesuai dengan alokasi anggaran tersebut.
b.      Kedua, menentukan sumber biaya. Sumber biaya demikian perlu disebutkan secara jelas, agar mudah menggalinya. Pada sumber-sumber biaya yang bersifat primer dan ada sumber-sumber biaya yang termasuk sekunder. Baik sumber biaya primer maupun sumber biaya sekunder haruslah sama-sama dicantumkan, agar dapat memberi petunjuk kepada mereka yang terkait untuk melaksankan kegitan tersebut.[2]

C.      Hal-Hal yang Diperhatikan Dalam Perencanaan Peserta Didik Berbasis Sekolah
1.       Sensus Sekolah
Sensus sekolah (school census) adalah suatu sarana atau kegiatan prinsip untuk mengumpulkan informasi yang berguna untuk perencanaan dalam berbagai kegiatan pada program sekolah (Atkinson, 1965). Sedangkan menurut Yeager (1945) sensus sekolah berarti pencatatan tiap-tiap siswa yang berada pada usia sekolah. Berarti, sensus sekolah adalah suatu aktifitas yang bermaksud mengumpulkan informasi mengenai anak usia sekolah di suatu daerah (area) tertentu, berdasarkan  data dari hasil sensus tersebut dapat dipergunakan untuk merencakan layanan kepada peserta didik.
Fungsi umum sensus sekolah adalah sebagai dasar pembagian anggaran belanja dan sarana untuk mendapatkan dana bantuan pendidikan. Sedangkan fungsi khusus sensus sekolah banyak dikemukakan para ahli sesuai dengan sudut pandang dan latar belakang serta daerah mereka.
Menurut Calvin Greader (1981), fungsi khusus sekolah adalah sebagai berikut.
1.      Penentutan kebutuhan program sekolah.
2.      Penentuan bidang school attendance.
3.      Pemberian fasilitas transportasi.
4.      Perencanaan program pendidikan dan melayani kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan.
5.      Membuat persyaratan kehadiran dan undang-undang kerja bagi anak.
6.      Menyediakan fasilitas pendidikan.
7.      Menganalisis kemajuan daerah sekolah setempat.
8.      Mengadakan pendaftaran terhadap sekolah privat.
9.      Mendapatkan informasi dari berbagai macam kesejahteraan masyarakat, yayasan dan sebagainya.
Menurut Yeager (1945), sensus sekolah mempunyai fungsi khusus sebagai berikut.
1.      Menentukan layanan pendidikan yang benar-benar dibutuhkan.
2.      Menyajikan data yang berguna untuk perencanaan program sekolah.
3.      Menilai pelaksanaan kewajiban belajar.
4.      Mengumumkan jumlah anak yang akan masuk sekolah.
5.      Menempatkan anak yang keluar-masuk sekolah.
6.      Menyajikan data jumlah anak yang akan masuk sekolah.
7.      Mengecek anak yang masuk dan yang tidak.
8.      Mengatur pengelompokan peserta didik.
9.      Memperluas lokasi tanggung jawab orang tua.
10.  Mengecek anak usia sekolah yang bekerja.
11.  Mengecek kondisi rumah dan memperbaiki hubungan sekolah dan rumah.
12.  Memberikan pengertian dan menyajikan informasi tentang sekolah.
13.  Menemukan kasus ketidakhadiran di sekolah.
14.  Mengecek sebab-sebab keterlambatan.
Sementara itu, Smith Akinson berpendapat bahwa fungsi sensus sekolah dapat dikemukakan dengan menggunakan rasional berikut.
1.      Biaya sekolah bergantung kepada jumlah peserta didik.
2.      Batas daerah anak sekolah dipengaruhi oleh jumlah penduduk.
3.      Jumlah guru yang dibutuhkan bergantung kepada populasi peserta didik.
4.      Transportasi dan fasilitas sekolah harus diberikan kepada peserta didik.
5.      Keadaan rumah peserta didik perlu diketahui.
6.      Bangunan sekolah berdasarkan jumlah peserta didik dan kebutuhan pendidikannya.
7.      Penerangan kelas berdasarkan atas keadaan dan jumlah peserta didik.
8.      Buku tes, peralatan dan fasilitas sekolah haruslah berdasarkan pendaftaran enrollmen peserta didik.
9.      Jumlah anggota staf bergantung registrasi peserta didik pada masing-masing pelajaran.
10.  Pembuatan jadwal didasarkan atas registrasi peserta didik.
Yang menjadi penanggung jawab sensus sekolah secara formal adalah kepala sekolah, sedangkan tanggung jawab materialnya adalah wakil kepala sekolah urusan peserta didik, sedangkan yang dapat dijadikan sebagai tenaga sensus tersebut adalah tenaga kependidikan di sekolah. Di negara-negara maju, yang sumber-sumber biayanya banyak, sensus sekolah antara lain dilakukan oleh sebuah agensi. Agensi adalah lembaga-lembaga swasta yang secara independen bergerak di bidang jasa pengumpulan data atau riset. Agensi ini lazimnya dapat melaksanakan sensus secara independen.
Mengingat pelaksanaan sensus penduduk memakan waktu lama dan periodisasinya juga relatif panjang maka untuk mengestimasi calon peserta didik dan peserta didik yang harus dilayani, maka dibuatlah prediksi yang berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik pada tahun-tahun atau periode-periode sebelumnya.

2.       Ukuran Sekolah Dan Kelas
a.       Ukuran Sekolah
Dari sensus sekolah antara lain akan diketahui dan didapatkan mengenai school size. School size adalah perbandingan antara jumlah sekolah dengan jumlah peserta didik di suatu daerah. Perbandingan ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
SS =
Di mana:
SS = School Size
JP = Jumlah peserta didik
JS = Jumlah sekolah
Jika jumlah peserta didik pada suatu daerah adalah 15.000, sementara jumlah sekolah adalah 150, maka ukuran sekolah (SS) adalah 15.000 : 150 = 100.

b.      Ukuran Kelas
Setelah ukuran sekolah (school size) didapatkan, kemudian dapat dihitung class size. Class size adalah hasil perbandingan antara jumlah kelas dengan jumlah peserta didik di suatu daerah. Perbandingan demikian, dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
CS =
Di mana:
CS = Class Size
JP = Jumlah peserta didik
JK = Jumlah kelas
Jika jumlah peserta didik adalah 15.000 sedangkan jumlah kelasnya adalah 500, maka ukuran kelas (CS) adalah 15.000 : 500 = 30.

c.       Ukuran Kelas Ideal
Ukuran kelas ideal adalah jumlah peserta didik dalam suatu kelas yang jika diukur secara teoritik adalah 30 siswa sampai dengan 35 siswa. Sedangkan kebijakasanaan pemerintah mengenai ukuran kelas khususnya di sekolah dasar adalah 40-45 orang peserta didik.

d.      Rata-Rata Ukuran Kelas
Rata-rata ukuran kelas (Average Size of Class) adalah rata-rata peserta didik dalam kelas di suatu sekolah. Untuk menghitung Average Size of Class dipergunakan rumus sebagai berikut.
ASC =
Di mana:
ASC  = Average size of class
S       = Sigma
P       = Peserta didik
K       = Kelas
T       = Tingkat atau kelas
Jika jumlah peserta didik pada kelas 1 adalah 45, kelas 2 adalah 40, kelas 3 adalah 45, kelas 4 adalah 40, kelas 5 adalah 40, dan kelas 6 adalah 35, maka rata-rata ukuran kelas adalah:
ASC =  = 41

e.       Rasio Murid dengan Guru
Rasio murid (pupil teacher ratio) adalah perbandingan antara banyaknya peserta didik dengan guru per full timer. Adapun rumus yang dipergunakan untuk menghitung pupil teacher ratio adalah sebagai berikut:
PTR = JG : JS
Di mana:
PTR = Pupil teacher ratio
JG = Jumlah guru
JS = Jumlah siswa
Jika jumlah guru sebanyak 25, sementara jumlah siswa berjumlah 500, maka rasio murid adalah = 25 : 500 = 1 : 20.

f.       Daya Tampung Kelas dan Sekolah
Daya tampung kelas berdasarkan ukuran ruang disarankan 1,2 meter per orang atau peserta didik. Daya tampung sekolah berdasarkan jumlah bangku dapat dibedakan antara yang single shift  dan double shift. Sehingga para peserta didik tidak merasa sempit atau tidak leluasa dalam bergerak dan hal ini dapat membuat peserta didik tidak nyaman dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sekiranya dapat diperhatikan, oleh karena itu daya tampung sekolah harus memenuhi aturan yang ada dalam menerima siswa baru atau calon peserta didik.

3.       Kelas yang Efektif
Effective class adalah suatu ukuran kelas yang efektif. Semakin kecil ukuran suatu kelas, semakin efektif. Sebaliknya semakin besar, akan semakin tidak efektif. Tetapi ukuran kelas yang kecil, meskipun efektif, tidaklah efisien. Sebab, semakin banyak kelas yang dibentuk dengan ukuran yang kecil, berarti semakin banyak tenaga, sarana, prasarana dan biaya yang dibutuhkan. Sebaliknya kelas besar, akan lebih efisien meskipun tidak efektif.
Adapun beberapa kerugian kelas yang besar adalah sebagai berikut:
1.      Individualisasi pembelajaran terbatas.
2.      Pembelajaran yang diberikan cenderung ceramah tanpa partisipasi dari peserta didik.
3.      Hanya terjadi komunikasi lisan, partisipasi menyeluruh kepada siswa sangat kurang.
4.      Kerja menulis kurang ditangani oleh guru.
5.      Persiapan guru kurang, oleh karen tanggung jawab mereka bertambah.
6.      Peserta didik tidak mengenal guru secara pribadi.
7.      Wawancara dengan orang tua peserta didik menjadi berkurang karena banyaknya jumlah peserta didik.
8.      Peserta didik yang mengalami atau memiliki kelainan akan kurang terkontrol.
9.      Pengembangan kurikulum tersendat-sendat, demikian juga pengembangan pengajaran.[3]
Beberapa hal ini dapat merugikan peserta didik karenanya tidak banyak dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga memungkinkan para peserta didik hanya bermain atau sebagian saja yang mendengarkan materi yang diajarkan. Sehingga kelas tidak menjadi efektif.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan dan kaitannya dengan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Perencanaan peserta didik berbasis sekolah adalah suatu aktivitas memikirkan di muka tentang hal-hal yang harus dilakukan berkenaan dengan peserta didik di sekolah, baik sejak peserta didik akan memasuki sekolah maupun mereka akan lulus dari sekolah.
2.      Langkah-langkah perencanaan peserta didik berbasis sekolah meliputi perkiraan (forcasting), perumusan tujuan (objective), kebijakan (policy), pemrograman (programming), menyusun langkah-langkah (procedure), penjadwalan (schedule), dan pembiayaan (bugetting).
3.      Hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan peserta didik berbasis sekolah ialah sensus sekolah, ukuran sekolah dan kelas, serta kelas yang efektif.

B.       Saran
Demikian makalah ini kami susun. Semoga apa yang telah kami uraikan di atas mengenai perencanaan peserta didik berbasis sekolah dapat menambah wawasan penulis dan pembaca sekalian. 


DAFTAR PUSTAKA

Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.



[1] Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 21.
[2] Ali Imron, Manajemen Peserta … , h. 22-30.
[3] Ali Imron, Manajemen Peserta … , h. 30-39.

ONLINE SHOP

DISKUSI